Rabu, 08 Juni 2016

Pengaruh dan dampak masuknya budaya asing di indonesia terhadap ketahanan nasional

Pengaruh dan dampak masuknya budaya asing di indonesia terhadap ketahanan nasional



Masuknya Budaya Asing di Indonesia

 Indonesia memiliki letak yang sangat strategis dan tanah yang subur dengan kekayaan alam yang melimpah ruah. Pengalaman masa lampau menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang sibuk dan menjadikannya salah satu urat nadi perekonomian yang ada di Asia Tenggara dan dunia. Hal ini menyebabkan banyak penduduk dari negara lain datang ke Indonesia. Menurut Anthony Reid, Negara Indonesia merupakan negara di bawah angin, karena pentingnya posisi Indonesia di mata dunia. Keadaan geografis yang strategis inilah yang menyebabkan arus budaya asing bebas masuk ke Indonesia. Hampir semua budaya dan etnis mulai dari Asia sampai Eropa ada di Indonesia. Budaya yang masuk itu memperkaya sekaligus mempengaruhi perkembangan budaya lokal yang sudah ada secara turun-temurun.

 Pengaruh Budaya Asing di Indonesia
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh dan bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Indonesia merupakan negara di bagian timur yang menganut kebudayaan timur yang  pada intinya banyak bersumber dari agama. Artinya kepribadian orang timur terletak pada hatinya. Dengan hatinya mereka menyatukan akal budi, intuisi, intelegansi dan perasaan. Pemikiran timur lebih menekankan unsur terdalam dalam jiwa. Macam-macam kebudayaan yang memiliki nilai timur lebih menekankan disiplin mengendalikan diri, sederhana, tidak mementingkan dunia. Indonesia sebagai bagian dari wilayah timur yang menganut kebudayaan timur, harus mementingkan kerohanian, perasaan, gotong-royong dan menjaga keharmonisan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Itulah sebabnya macam-macam kebudayaan yang dimiliki indonesi memiliki kriteria yang sama dengan nilai-nilai budaya timur.
Permasalahannya yang kemudian muncul adalah pengaruh budaya barat yang mulai mengena. Perkembangan pesat era globalisasi saat ini, semakin menekan proses akulturasi budaya, terutama pengaruh budaya barat. Berbagai informasi melalui media cetak dan elektronik dengan sentuhan kemajuan teknologi modern mempercepat akses pengetahuan tentang budaya lain. Namun, perkembangan yang dihadirkan bersamaan dengan pengaruh budaya barat menyebabkan efek, baik positif maupun negatif. Tetapi semua itu tergantung dari cara berfikir individu menyikapi masuknya budaya barat ke negeri ini. Unsur budaya barat hendaknya diserap secara selektif dan hati-hati. Kemajuan orang barat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi patut kita tiru.Karena negara-negara baratmayoritas memiliki IPTEK yang lebih maju jika dibandingkan dengan Indonesia. Seperti halnya dibidang pendidikan, ekonomi dan industri.Begitu pula dengan budaya semangat kerjanya dan berprestasinya yang perlu ditiru. Tetapi tidak semua budaya barat pantas dan layak diterapkan di Indonesia. Seperti contohnya gaya hidup mewah dan cara berpakaian. Jika budaya yang melanggar norma di negeri ini diimitasi tentu saja sangat tidak cocok dan bahkan wajib untuk ditolak. Orang-orang di negara barat telah terbiasa dengan gaya hidup mewah. Mereka sering menghabiskan uang bahkan untuk hal yang tidak penting sekaligus jika dilihat dari kacamata orang timur. Misalnya mengoleksi barang-barang mewah seperti contohnya yang dilakukan oleh para artis hollywood, traveling dan membeli barang-barang bermerek. Dampak yang lebih memprihatinkan lagi adalah  cara berpakaian. Cara berpakaian orang barat jika dibandingkan dengan orang timur sangat berbeda. Orang barat cenderung berpakaian lebih minim dan kurang sopan jika dibandingkan dengan orang timur. Kini dampaknya  banyak remaja sekarang yang bergaya dan berpakaian seperti orang barat.
Selain budaya barat, kini yang sedang hangat-hangatnya dan populer dikalangan masyarakat adalah budaya yang berasal dari  Korea yang disebut dengan budaya korean Pop atau yang biasa disebut dengan budaya K-POP. K-POP seolah-olah telah menghipnotis remaja dunia bahkan di Indonesia. Banyak remaja di Indonesia yang begitu gandrung dengan budaya ini. Cara berpakaian, style, gaya rambut, musik bahkan Industri musik di Indonesiapun juga ikut terpengaruhi dengan adanya boyband yang mendadak muncul. Para remaja mulai meniru gaya alaidola mereka, bahkan tidak sedikit dari mereka yang justru tertarik dengan budaya yang berasal dari Korea ini. Inilah yang menimbulkan kekhawatiran, begitu mudahnya masyarakat Indonesia menerima budaya Asing yang justru bisa menggeser kebudayaan asli Indonesia.


Dampak Masuknya Budaya Asing terhadap ketahanan Nasional di Indonesia

Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi (pendidikan kewarganegaraan, 2007:106) . Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa ketahanan nasional mencakup  semua aspek dalam kehidupan bernegara. Tugas untuk mewujudkan kondisi yang dinamis  adalah kewajiban dari semua lapisan masyarakat.  Masyarakat harus dapat memfilter setiap budaya yang masuk ke Indonesia
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan Barat sudah mendominanisasi segala aspek. Segala hal selalu mengacu kepada   budaya Barat. Peradaban Barat telah menguasai dunia. Banyak perubahan-perubahan peradaban yang terjadi di penjuru dunia ini. Budaya Timur sedikit demi sedikit mulai mengikuti kebudayaan Barat.
Masuknya budaya Barat ke Indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni Indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya(culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mamapu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasan atau yang biasa disebut ketimpangan budaya.
Secara timbal balik, tiap peradaban akan berpengaruh satu sama lain. Hukum sosial berlaku bagi semua peradaban. Peradaban yang maju, pada suatu masa, cenderung memiliki perngaruh yang luas bagi peradaban-peradaban lain yang berkembang belakangan.
Perkembangan terknologi, terutama masuknya kebudayaan asing (barat) tanpa disadari telah menghancurkan kebudayaan lokal. Minimnya pengetahuan menjadi pemicu alkulturasi kebudayaan yang melahirkan jenis kebudayaan baru. Masuknya kebudayaan tersebut tanpa disaring oleh masyarakat dan diterima secara mentah. Akibatnya kebudayaan asli masyarakat mengalami degradasi yang sangat luar biasa.
Budaya asing yang masuk ke indonesia menyebabkan multi efek. Budaya Indonesia perlahan-lahan semakin punah. Berbagai iklan yang mengantarkan kita untuk hidup gaul dalam konteks modern dan tidak tradisional sehingga memunculkan banyaknya kepentingan para individu yang mengharuskan berada diatas kepentingan orang lain. Akibatnya terjadi sifat individualisme semakin berpeluang untuk menjadi budaya kesehariannya. Ini semua sebenarnya terhantui akan praktik budaya yang sifatnya hanya memuaskan kehidupan semata. Sebuah kebobrokan ketika bangsa Indonesia telah pudar dalam bingkai kenafsuan belaka berprilaku yang sebenarnya tidak mendapatkan manfaat sama sekali jika dipandang dari sudut keislaman. Artinya dizaman “Edan” sekarang ini manusia hidup dalam tingkat hedonisme yang sangat tinggi berpikir dalam jangka pendek hanya mencari kepuasaan belaka dimana kepuasaan tersebut yang menyesatkan umat islam untuk berprilaku. Salah satu contoh Serdehana sesuai dengan kenyataan, Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Padahal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita yaitu budaya Timur. Tidak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa. Jika pengaruh di atas dibiarkan, apa jadinya Moral generasi bangsa kita, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. dengan adanya budaya barat atau budaya asing di Indonesia, dapat membawa dampak bagi Indonesia. Masuknya  budaya asing di Indonesia memiliki dampak positif dan negative yaitu:
Dampak Positif
Ø  Pola pikir dan sikap masyarakat yang berubah seiringnya dengan globalisasi dan modernisasi yang berkembang di Barat. Mengubah masyarakat menjadi berpikir rasional yang sebelumnya berpikir irasional
Ø  Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari barat yang memberikan kemudahan bagi masyarakat sekaligus memotivasi masyarakat untuk maju dalam segala hal di kehidupan bermasyarakat.
Ø  Perkembangan industri barat dalam memproduksi berbagai alat transportasi dan komunikasi yang canggih yang meningkatkan taraf hifup masyarakat dan mengurangi pengangguran.



Dampak Negatif
Selain dampak positif,budaya barat juga berdampak negatif bagi kebudayaan Indonesia
Ø  Banyaknya produk impor yang menjadikan produk dalam negeri terpinggirkan.
Ø  Adanya kesenjangan sosial di masyarakat. Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat masyarakat menjadi individualatau sudah tidak lagi butuh pertolongan antar masyarakat. Hal ini memacu adanya individualisme.
Ø  Berkembangnya gaya hidup ke barat-baratan, menjadikan hidup bebas. Hal ini yang menyebabkan sudah hilangnya moral atau perilaku yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, dan malah menjadikan masyarakat menganut gaya hidup hedonis.

            Dampak tersebut membawa pengaruh besar bagi Indonesia, baik dari segi postif, maupun negatif. Mengatasi dampak pengaruh kebudayan asing dibutuhkan dukungan pemerintah dan tokoh masyarakat serta masyarakat itu sendiri untuk mengendalikan kondisi moral agar tetap berada pada nilai luhur bangsa Indonesia. Indonesia, masih terlalu lemah dalam menyaring budaya asing yang masuk.
Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa, namun kita harus tetap menjaga agar budaya kita tidak luntur. Langkah-langkah untuk mengantisipasinya adalah antara lain dengan cara menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri, Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya, Melaksanakan ajaran Agama dengan sebaik- baiknya dan Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negaranya.
                     Mengingat bangsa Indonesia  dibentuk dari persatuan suku-suku bangsa yang mendiami bumi Nusantara,  dapat disimpulkan bahwa kebudayaan bangsa Indonesia (kebudayaan nasional) merupakan hasil dari interaksi budaya-budaya suku bangsa (budaya daerah) yang kemudian diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa. Kebudayaan nasional juga merupakan hasil interaksi dari nilai-nilai budaya yang telah ada dengan budaya luar (asing) , yang kemudian juga diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa. Hal yang penting adalah bahwa interaksi budaya tersebut harus berjalan secara wajar dan alamiah, tanpa ada unsur pemaksaan dan dominasi budaya daerah lainya. Dengan demikian kebudayaan nasional tumbuh dan berkembang sejalan dengan berkembangnya budaya daerah.
                     Kebudayaan nasional merupakan identitas dan menjadi kebanggaan Indonesia. bangsa Indonesia telah sepakat menggunakan Pancasila sebagai falsafah hidupnya, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila akan menjadi tuntunan dasar dari segenap sikap, perilaku dan gaya hidup bangsa Indonesia.


sumber : http://chairueljannah.blogspot.co.id/2012/12/pengaruh-dan-dampak-masuknya-budaya.html

Minggu, 29 Mei 2016

MACAM MACAM ASAL BUDAYA DI INDONESIA

Macam-macam Asal Budaya Daerah Asal Provinsi di Indonesia. Indonesia negara dengan berbagai ras dan suku mempunyai banyak kebudayaan.
Bila dilihat dari macam-macam budayanya, mungkin Indonesia adalah negara paling kaya dibandingkan dengan negara lain. Bagaimana tidak? Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau, di mana tiap pulau memiliki suku bangsa yang berbeda-beda pula. Hal ini membuat kebudayaan Indonesia benar-benar beraneka ragam. Kebudayaan itu sendiri sangat bermacam-macam, mulai dari teknologi, bahasa, kesenian, dongeng, atau tradisi daerah yang beragam. Setiap daerah di Indonesia, memiliki kebudayaan-kebudayaan itu dengan ciri khas masing-masing.


Macam-macam Rumah Adat Propinsi di Indonesia

1. Kebaya di Jakarta.
2. Kesepuhan di Jawa Barat.
3. Rumah Panggung di Banten.
4. Rumah Joglo di DI. Yogyakarta.
5. Joglo di Jawa Tengah.
6. Rumah Joglo di Jawa Timur.
7. Rumoh Aceh di Aceh.
8. Balai Batak Toba di Sumatera Utara.
9. Nuwo Sesat di Lampung.
10. Rumah Gadang di Sumatera Barat.
11. Rumah Limas di Sumatera Selatan.
12. Rumah Melayu di Riau.
13. Rumah Panggung di Jambi.
14. Bumbungan Lima di Bengkulu.
15. Rumah Belah Bubung di Kepulauan Riau.

Macam-macam Lagu Daerah Propinsi di Indonesia
  1. Lagu Ampar-Ampar Pisang berasal dari daerah provinsi Kalimantan Selatan
  2. Lagu Anak Kambing Saya berasal dari daerah provinsi NTT
  3. Lagu Angin Mamiri berasal dari daerah provinsi Sulawesi Selatan
  4. Lagu Anju Ahu berasal dari daerah provinsi Sumatra Utara
  5. Lagu Apuse berasal dari daerah provinsi Papua
  6. Lagu Ayam Den Lapeh berasal dari daerah provinsi Sumatra Barat
  7. Lagu Barek Solok berasal dari daerah provinsi Sumatra Barat
  8. Lagu Batanghari berasal dari daerah provinsi Jambi
  9. Lagu Bolelebo berasal dari daerah provinsi Nusa Tenggara Barat
  10. Lagu Bubuy Bulan berasal dari daerah provinsi Jawa Barat
  11. Lagu Bungong Jeumpa berasal dari daerah provinsi NAD
  12. Lagu Burung Tantina berasal dari daerah provinsi Maluku
  13. Lagu Butet berasal dari daerah provinsi Sumatra Utara
  14. Lagu Cik-Cik Periuk berasal dari daerah provinsi Kalimantan Barat
  15. Lagu Cing Cangkeling berasal dari daerah provinsi Jawa Barat

Macam-macam Tarian Daerah Propinsi di Indonesia

1. Provinsi DI Aceh: Tari Seudati, Tari Saman Meuseukat
2. Provinsi Sumatera Utara: Tari Serampang Dua Belas, Tari Tor-tor
3. Provinsi Sumatera Barat : Tari Piring, Tari payung
4. Provinsi Riau: Tari Tanduk, Tari Joged Lambak
5. Provinsi Jambi: Tari Sekapur Sirih, Tari Selampit Delapan
6. Provinsi Sumatera Selatan: Tari Tanggai, Tari Putri Bekhusek
7. Provinsi Lampung: Tari Jangget, Tari Melinting
8. Provinsi Bengkul: Tari Andun, Tari Bidadei Teminang
9. Provinsi DKI Jakarta: Tari Topeng, Tari Yapong
10. Provinsi Jawa Barat: Tari Topeng Kuncaran, Tari Merak
11. Provinsi Jawa Tengah: Tari Serimpi, Tari bambangan Cakil
12. Provinsi DI Yogyakarta: Tari Serimpi Sangupati, Tari Bedaya
13. Provinsi Jawa Timur: Tari Remong, Tari Reog Ponorogo
14. Provinsi Bali: Tari Legong, Tari Kecak
15. Provinsi Nusa Tenggara Barat: Tari Mpaa Lenggo, Tari Batunganga

Macam-macam Suku Daerah Propinsi di Indonesia
  1.  Suku Aceh di Aceh: kabupaten Aceh Besar
  2.  Suku Alas di kabupaten Aceh Tenggara
  3.  Suku Alor di NTT: kabupaten Alor
  4.  Suku Ambon di kota Ambon
  5.  Suku Ampana di Sulawesi Tengah
  6.  Suku Anak Dalam di Jambi
  7.  Suku Aneuk Jamee di kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat Daya
  8.  Suku Arab-Indonesia
  9.  Suku Aru di Maluku: Kepulauan Aru
  10.  Suku Asmat di Papua
  11.  Suku Abung di Lampung
  12.  Suku Balantak di Sulawesi Tengah
  13.  Suku Banggai di Sulawesi Tengah: Kabupaten Banggai Kepulauan
  14.  Suku Baduy di Banten


Sumber Artikel : http://gudangnews.info/#ixzz4A7SKvLa1

Asal Usul Betawi

Asal Usul Suku Betawi

Suku Betawi adalah salah satu suku bangsa Indonesia, penghuni awal Kota Jakarta dan sekitarnya.

Sejarawan Sagiman MD, menyatakatan bahwa eksistensi suku Betawi telah ada, sejak Zaman Batu Baru (Neoliticum), dimana penduduk asli Betawi berasal dari Nusa Jawa; orang Jawa, Sunda, dan Madura.

Pendapat senada datang dari Uka Tjandarasasmita yang mengeluarkan monografinya "Jakarta Raya dan Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977),” mengungkapkan bahwa, Penduduk Asli Jakarta telah ada pada sekitar tahun 3.500 – 3.000 SM (Sebelum Masehi).

Selain penelitian di atas, ada pula penelitian yang dilakukan Lance Castles, yang  menitik beratkan pada empat sketsa sejarah yakni:
  1. Daghregister, yaitu catatan harian tahun 1673 yang dibuat Belanda yang berdiam di dalam kota benteng Batavia
  2. Catatan Thomas Stanford Raffles dalam History of Java pada tahun 1815
  3. Catatan penduduk pada Encyclopaedia van Nederlandsch Indie tahun 1893
  4. Sensus Penduduk yang dibuat penjajah Hindia Belanda pada tahun 1930
Dalam semua sketsa sejarah Lance Castles, yang dimulai pada tahun 1673 (Pada Akhir Abad ke 17), sketsa inilah yang oleh banyak ahli sejarah lainnya dirasakan kurang lengkap, untuk sebuah penjelasan asal mula Suku Betawi. Hal ini dikarenakan dalam Babad Tanah Jawa pada abad ke 15 (tahun 1400-an Masehi), sudah ditemukan kata "Negeri Betawi"

Etimologi Betawi
Mengenai asal mula kata Betawi, menurut ahli sejarah ada beberapa acuan:
  • Pitawi (Bahasa Melayu Polynesia Purba) yang artinya “Larangan.” Kosa kata ini mengacu pada komplek situs di daerah “Batu Jaya,” Karawang.  Hal ini diperkuat oleh sejarahwan Ridwan Saidi, dengan mengaitkan bahwa Kompleks Bangunan tersebut merupakan sebuah Kota Suci yang dahulunya tertutup.
  • Betawi (Bahasa Melayu Brunei) mempunyai makna giwang. Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi. Dimana di wilayah ini hingga tahun 1990-an masih sempat ditemukan banyak giwang emas dari abad ke-11 M.
  • Flora Guling Betawi (Cassia Glauca), Famili Papilionaceae adalah sejenis tanaman Perdu, yang kayunya bulat kokoh seperti guling, tetapi mudah diraut. Zaman dulu jenis kayu ini banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata; keris atau gagang pisau. Tanaman ini banyak tumbuh di Nusa Kelapa, beberapa daerah di pulau Jawa dan Kalimantan. Sedangkan di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Guling Betawi disebut Kayu Bekawi. Perbedaan pengucapan pada penggunaan kosakata "k" dan "t" antara Kapuas Hulu dan Betawi Melayu, ini biasa terjadi, seperti kata tanya “apakah” atau “apatah” yang memiliki makna yang sama. Kemungkinan nama Betawi berasal dari jenis tanaman bisa jadi benar. Sejarahwan Ridwan Saidi; beberapa nama jenis flora selama ini memang digunakan pada pemberian nama tempat, atau daerah yang ada di Jakarta. Sebagai contoh; Gambir, Krekot, Bintaro, Grogol dlsb. "Seperti Kecamatan Makasar, nama ini tak ada hubungannya dengan orang Makassar, melainkan diambil dari jenis Rerumputan." Dengan demikian kosa kata "Betawi" bukanlah berasal dari kata "Batavia".
Sedangkan Batavia merupakan nama Latin untuk Tanah Batavia, yang  pada zaman Romawi, diperkirakan terletak di sekitar kota Nijmegen, Belanda, dimana saat ini sisa-sisa lokasi tersebut dikenal sebagai “Betuwe”.

Selama Renaisans, sejarawan Belanda mencoba untuk melegitimasi Batavia menjadi sebuah status "Nenek Moyang" mereka, selanjutnya menyebut diri sebagai Orang-orang Batavia.
Hal ini yang membuat munculnya Republik Batavia, dan mengambil nama "Batavia" untuk nama koloni mereka.

Seperti yang terjadi di Indonesia, dimana mereka mengganti nama Kota Jayakarta menjadi Batavia dari tahun 1619-1942.

Setelah 1942 nama Batavia diubah lagi menjadi Djakarta.
Nama Batavia juga digunakan di Suriname, dan di Amerika Serikat, karena mereka juga mendirikan kota Batavia, Newyork, hingga ke barat Amerika Serikat, seperti; Batavia, Illinois, dekat Chicago, dan Batavia, Ohio.

Sedangkan penggunaan kata Betawi sebagai sebuah suku, pada masa hindia belanda, diawali dengan pendirian sebuah organisasi yang bernama “Perkoempoelan Kaoem Betawi” pada tahun 1923, yang diprakarsai oleh Husni Thamrin.
Sejarah
3500 – 3000 SM (Sebelum Masehi)
  • Menurut Sejarawan Sagiman MD, sejarah Betawi sudah ada sejak Zaman Batu (Neolitikum).
  • Menurut Yahya Andi Saputra, penduduk asli Betawi adalah penduduk Nusa Jawa, yang merupakan Satu Kesatuan Budaya. Bahasa, Kesenian, dan Adat Kepercayaan, tetapi kemudian menjadikan mereka sebagai suku sendiri. Yang kemungkinan disebabkan oleh, antara lain:
  1. Pertama, munculnya Kerajaan-kerajaan.
  2. Kedua, Kedatangan bangsa dan Pengaruh bangsa dari luar Nusa Jawa.
  3. Ketiga, adanya Perkembangan Kemajuan Ekonomi dari masing-masing daerah.
Abad ke-2
Menurtut Yahya Andi Saputra,  Jakarta dan sekitarnya termasuk wilayah kekuasaan Salakanagara yang terletak di kaki Gunung Salak, Bogor.

Abad ke 5
Penduduk asli Betawi adalah rakyat kerajaan Salakanagara, dimana perdagangan dengan Cina telah maju, yang ditandai oleh adanya pengiriman Utusan Dagang ke Cina dari Salakanagara pada tahun 432.

Pada akhir abad ke-5 berdiri kerajaan Hindu Tarumanagara di tepi kali Citarum, yang dianggap oleh sebagian sejarawan, bahwa Tarumanagara merupakan kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara, yang memindahan ibukota kerajaannya dari kaki Gunung Salak ke Tepi Kali Citarum.
Penduduk asli Betawi menjadi rakyat kerajaan Tarumanagara, dengan Ibukota Kerajaan yang terletak di tepi Sungai Candrabagha, yang oleh Poerbatjaraka diidentifikasi dengan sungai Bekasi.
Candra berarti bulan atau sasi, menjadi Bhagasasi / Bekasi, yang terletak di sebelah timur pinggiran Jakarta. Di sinilah, menurut perkiraan Poerbatjaraka, letak istana kerajaan Tarumanengara (Hindu).
Abad ke-7
Pada abad ke-7 Kerajaan Tarumanagara ditaklukkan Kerajaan Sriwijaya (Budha).
Pada saat inilah berdatangan penduduk Melayu dari Sumatera, kemudian mereka mendirikan pemukiman di pesisir Jakarta, yang kemudian lambat laun (dengan pola asimilasi) bahasa Melayu menggantikan kedudukan bahasa Kawi sebagai bahasa pergaulan sehari-hari.
Bahasa Melayu mula-mula hanya dipakai di daerah pesisir saja, namun kemudian meluas hingga ke daerah kaki Gunung Salak dan Gunung Gede.
Bagi masyarakat Betawi keluarga punya arti penting. Kehidupan berkeluarga dipandang suci. Anggota keluarga wajib menjunjung tinggi martabat keluarga.
Abad ke-10
Sekitar abad ke-10, terjadi persaingan antara orang Melayu (Kerajaan Sriwijaya) dengan Wong Jawa yang tak lain adalah Kerajaan Kediri.
Persaingan yang berujung dengan peperang, dimana orang-orang Cina demi kelangsungan perniagaan mereka, mereka berdiri di dua kaki, atau sebagian berpihak ke Kerajaan Sriwijaya, dan sebagian berpihak ke Kerajaan Kediri.
Usai perang, kendali lautan dibagi dua;
  • Sebelah Barat mulai dari Cimanuk, juga Pelabuhan Sunda dikendalikan Sriwijaya.
  • Sebelah timur mulai dari Kediri dikendalikan Kediri.
Sriwijaya meminta Syailendra di Jawa Tengah untuk membantu mengawasi perairan teritorial Sriwijaya di Jawa bagian barat. Tetapi Syailendara lambat-laun tidak sanggup, akhirnya  Sriwijaya terpaksa mendatangkan migran suku Melayu Kalimantan bagian barat ke Kalapa.
Pada periode inilah terjadi penyebaran bahasa Melayu yang signifikan di Kerajaan Kalapa, karena  gelombang imigrasi yang lebih besar daripada penduduk asli yang menggunakan bahasa Sunda Kawi sebagai lingua franca di Kerajaan Kalapa.

Periode Kolonial Eropa
Abad ke-16
Perjanjian antara Surawisesa (Raja Kerajaan Pajajaran) dengan bangsa Portugis pada tahun 1512, mengizinkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa, yang mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis, yang pada akhirnya menurunkan darah campuran Portugis.
Dari komunitas campuran inilah lahir musik Keroncong, atau dikenal sebagai Keroncong Tugu.
Setelah VOC menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, VOC memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian, dan membangun roda perekonomian kota ini.
Saat itulah VOC banyak membeli budak dari penguasa Bali, karena saat itu di Bali masih berlangsung praktik perbudakan.
Olehkarenanya masih ada tersisa kosa-kata dan tata-bahasa Bali dalam bahasa Betawi saat ini. Kemajuan perdagangan Batavia menarik berbagai suku bangsa dari penjuru Dunia, juga seperti; Tiongkok, Arab dan India untuk bekerja di kota ini.
Pengaruh suku bangsa asing yang datang inilah, terlihat dari busana pengantin Betawi yang banyak unsur Arab dan Tiongkok.
Berbagai nama tempat di Jakarta menyisakan petunjuk sejarah mengenai datangnya berbagai suku bangsa lain ke Batavia, seperti; Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar dan Kampung Bugis.
Rumah Bugis di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah Kota.

Abad ke-20
Menurut Uka Tjandarasasmita penduduk asli Jakarta telah ada sejak 3500-3000 tahun sebelum masehi.
Antropolog lainnya, Prof Dr Parsudi Suparlan menyatakan, kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong.
Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas (pada saat itu adalah Hindia Belanda), yakni dengan munculnya Perkoempoelan Kaoem Betawi pada tahun 1923, yang digagas oleh Husni Thamrin, sebagai tokoh masyarakat Betawi.
Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.

Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda, tetapi juga mencakup penduduk di luar benteng tersebut, yang disebut sebagai masyarakat proto Betawi.
Penduduk lokal di luar benteng Batavia, kala itu sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera.

Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri pendatang dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi, menjadi warga tuan rumah yang minoritas.
Pada tahun 1961, 'suku' Betawi bejumlah kurang lebih 22,9 persen dari + 2,9 juta penduduk Jakarta pada saat itu, hal ini menunjukan orang-orang Betawi semakin terdesak ke pinggiran, bahkan tergusur ke luar Jakarta.

Seni dan kebudayaan
Seni dan Budaya asli Penduduk Jakarta atau Betawi dapat dilihat dari temuan arkeologis, semisal giwang-giwang yang ditemukan dalam penggalian di Babelan, Kabupaten Bekasi yang berasal dari abad ke 11 masehi.
Selain itu budaya Betawi juga terjadi dari proses campuran budaya antara suku asli dengan beragam etnis pendatang atau yang biasa dikenal dengan istilah Mestizo .
Sejak zaman dahulu, wilayah bekas kerajaan Salakanagara, yang kemudian dikenal sebagai "Kalapa" (Sekarang Jakarta), merupakan wilayah yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara.
Percampuran budaya, sudah ada sejak masa Kepemimpinan Raja Pajajaran, Prabu Surawisesa, dimana Prabu Surawisesa mengadakan perjanjian dengan Portugal, dari hasil percampuran budaya antara Penduduk asli, dan Portugal inilah lahir Keroncong Tugu.
Suku-suku yang mendiami Jakarta sekarang antara lain, Jawa, Sunda, Melayu, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Betawi juga banyak menyerap  budaya asing, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.

Suku Betawi sebagai warga asli Jakarta agak tersingkirkan oleh pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun Budaya Barat dan Timur Tengah.

Bahasa
Penduduk asli Betawi berbahasa Kawi (Jawa kuno), dengan menggunakan huruf  hanacaraka. Penduduk asli Betawi telah berdiam di Jakarta, dan sekitarnya sejak Zaman Batu.

Sifat campur-aduk dalam Bahasa Betawi atau Melayu Dialek Jakarta atau Melayu Batavia adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.

Hingga kini, masih banyak nama daerah, dan nama sungai yang masih tetap menggunakan bahasa Sunda, seperti; Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung, dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Dialek Betawi terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "é" sedangkan dialek Betawi pinggir adalah "a". Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di Meester (Jatinegara).

Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke Selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan dan pinggir Jawa Barat. Contoh penutur dialek Betawi tengah adalah Benyamin S., Ida Royani dan Aminah Cendrakasih, karena mereka memang berasal dari daerah Kemayoran dan Kramat Sentiong.

Sedangkan contoh penutur dialek Betawi pinggiran adalah Mandra dan Pak Tile. Contoh paling jelas adalah saat mereka mengucapkan kenape/kenapa'' (mengapa). Dialek Betawi tengah jelas menyebutkan "é", sedangkan Betawi pinggir bernada "a".

Musik
Dalam bidang kesenian, orang Betawi memiliki Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, orkes Samrah berasal dari Melayu, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis, dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an.
Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor, dan Keroncong. Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti "Kicir-kicir".

Tari
Seni tari Betawi merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Contoh: tari Topeng Betawi, Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda, Cokek dan lain-lain.
Pada awalnya, seni tari Betawi dipengaruhi budaya Sunda dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing.
Drama
Drama tradisional Betawi, antara lain: Lenong, dan Tonil. Pementasan lakon tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran lenong dapat berinteraksi langsung dengan penonton.
Cerita rakyat.
Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi, baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras".
Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. cerita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya.

Senjata tradisional
Senjata khas Jakarta adalah bendo, atau golok yang bersarungkan terbuat dari kayu.

Rumah tradisional
Rumah tradisional/adat Betawi adalah rumah kebaya

Kepercayaan
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis.

Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, Raja Pajajaran mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa, sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa.

Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.

Profesi
Di Jakarta, orang Betawi sekarang sebagai hasil asimilasi antar suku bangsa, sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing.

Kampung Kemanggisan dan sekitar Rawabelong, banyak yang berprofesi petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain). Secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik, antara lain K.H. Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, dan pembatik juga banyak digelutinya.

Kampung Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah.

Kampung Kemandoran dimana tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai di wilayah ini, antara lain; Ji'ih teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong.
Kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda dulu, meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.

Warga Tebet adalah orang-orang Betawi gusuran dari Senayan, karena dicanangkannya program Ganefo yang dicetuskan oleh Bung Karno, guna pembuatan Kompleks Olah Raga / Gelora Bung Karno yang kita kenal sekarang.

Perilaku dan sifat
Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo Gubernur DKI Jakarta (2007 - 2012) .

Ada beberapa hal yang positif dari orang Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebihan, dan cenderung tendensius.
Sumber : dari berbagai sumber

Budaya Jawa di Indonesia

Suku bangsa Jawa 

   Suku bangsa Jawa adalah suku bangasa Indonesia yang paling banyak jumlahnya, menempati seluruh daerah jawa tengah, jawa timur dan sebagian jawa barat mereka menggunakan bahasa jawa secara keseluruhan, hanya saja terdapat perbedaan dialek di daerah tertentu. Suku bangsa jawa termasuk suku bangsa yang telah maju kebudayaannya, karena sejak zaman dahulu mereka telah banyak mendapat pengaruh dari berbagai kebudayaan, seperti : kedubayanan Hindu, Budha, Islam dan Eropa. Setelah mengetahui suku bangsa di Indonesia maka sekarang penyusun akan membahas tentang salah satu suku di Indonsia yaitu Suku jawa.

SISTEM KEPERCAYAAN ATAU RELIGI
  Agama yang dianut oleh sebagian besar suku jawa adalah Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan budha.
Pemeluk Agama Islam dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

1.Golongan Islam Santri, yaitu golongan yang menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran Islam dengan syariat-syariatnya.
2.Golongan Islam Kejawen, yaitu golongan yang percaya pada ajaran Islam, tetapi tidak patuh menjalankan syariat Islam dan masih percaya kepada kekuatan lain.
Selain itu, orang Jawa masih percaya pada hal yang gaib atau kekuatan lain:

1.Percaya pada makhluk-makhluk halus seperti memedi, genderuwo, tuyul, setan, dan lain-lain.
2.Percaya pada hari baik atau naas.
3.Percaya pada hari kelahiran atau weton.
4.Percaya pada benda-benda pusaka, jimat, dan sejenisnya.
Sehubungan dengan berbagai kepercayaan, maka dilaksanakan upacara-upacara selametan sebagai berikut:


ØUpacara selametan yang berhubungan dengan lingkaran hidup manusia, seperti mitoni, kematian, dan lainnya.
Ø  Upacara selametan yang berhubungan dengan kehidupan desa, seperti bersih desa, penggarapan pertanian, dan lainnya.
Ø  Upacara selametan yang berhubungan dengan pernikahan, seperti selamatan sepasaran setelah pernikahan.
Ø  Upacara selametan yang berhubungan dengan peringatan hari-hari atau bulan-bulan besar Islam, seperti sekatenan atau grebeg maulud, sura, dan sebagainya.
Ø  Upacara selametan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu, seperti melakukan perjalanan jauh, mulai membuat rumah, dan sebagainya.
Ø  Upacara selametan yang berhubungan dengan orang meninggal dunia, seperti selametan surtanah atau  (geblak), nelung dina, dan lainnya.

SISTEM KEKERABATAN
   Masyarakat Jawa menganut sistem kekerabatan bilateral atau parental, yaitu sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari bapak/ibu.
Istilah- istilah yang digunakan dalam sistem kekerabatan Jawa sebagai berikut:
1.Pakde dan Bude (uwa), yaitu semua kakak dari bapak dan ibu, baik laki-laki maupun perempunan beserta suami dan istrinya.
2.Paklik (Paman) dan Bulik (bibi), yaitu semua adik dari ayah dan ibu,baik laki-laki maupun perempuan beserta suami dan istrinya.
3.Nak Ndulur (Sepupu), yaitu anak dari pakde-bude dan paklik-bulik.
4.Misan, yaitu anak dari saudara sepupu.
Pada masyarakat Jawa, perkawinan dianggap ideal apabila diukur dari segi keyakinan dan kesamaan adat yang menunjukan adanya pemilihan jodoh ideal.
Ukuran ideal bagi pria adalah perhitungan bibit, bebet, dan bobot. Sedangkan bagi wanita, perhitungannya didasarkan pada mugen, tegen, dan rigen.
Pernikahan yang dilarang, yaitu menikah dengan:
1.Saudara kandung.
2.Pancer lanang (anak dari dua saudara kandung laki-laki).
3.Pihak laki-laki lebih muda abunya dari pihak perempuan.

SISTEM POLITIK DAN KEMASYARAKATAN
1.Dahulu, pada suku Jawa terdapat stratifikasi sosial yang dikenal dengan golongan bendoro, priyayi, dan wong cilik.
2.Stratifikasi sosial berdasarkan kepemilikan tanah, yaitu wong baku, kuli gondok (lindung), dan sinoman.
3.Dalam bidang pemerintah, pamong desa memilih seorang kepala desa (lurah) dengan semua pembantunya, seperti carik, juga tirta (ulu-ulu), dan juga baya. Tugas utama mereka adalah untuk meningkatkan kesejahteraan desa.

SISTEM EKONOMI
Sistem perekonomian masyarakat Jawa mencakup
1) Pertanian
Yang dimaksud pertanian disini terdiri atas pesawahan dan perladangan (tegalan), tanaman utama adalah padi. Tanaman lainnya jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau dan sayur mayor, yang umumnya ditanam di tegalan. Sawah juga ditanami tanaman perdagangan, seperti tembakau, tebu dan rosella.
2) Perikanan
Adapun usaha yang dilakukan cukup banyak baik perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan laut diusahakan di pantai utara laut jawa. Peralatannya berupa kail, perahu, jala dan jarring
3) Peternakan
Binatang ternak berupa kerbau, sapi, kambing, ayam dan itik dan lain-lain.
4) Kerajinan
Kerajinan sangat maju terutama menghasilkan batik, ukir-ukiran, peralatan rumah tangga, dan peralatan pertanian.
    Adapun mata pencaharian dalam suku Jawa atau masyaraakat Jawa biasanya bermata pencaharian bertani, baik bertani di sawah maupun tegalan, juga Beternak pada umumnya bersipat sambilan, selain itu juga masyarakat Jawa bermata pencaharian Nelayan yang biasanya dilakukan masyarakat pantai.

SISTEM KESENIAN


























                                                                       











Sistem kesenian Jawa meliputi:
  Bentuk rumah adat, misalnya rumah joglo, rumah l     imasan, dan lain-lain.
  Seni tari, misal Tari Serimpi, Tari Gambyong, Tari Merak, dan lainnya.
  Seni tembang, seperti Sewu Ora Jamu, Ngidung, dan sebagainya.
  Pakaian Adat Jawa dapat berupa beskap, kebaya, batik, dan lain-lain.

Etika seksual jawa
    Mengenai etika seksual di jawa tidak ada superior ataupun interior,semua pria dan wanita sama saja. Hanya tanggung jawabnya saja yang berbeda.dalam bidang seksual, masyarakat jawa condong untuk bersikap tegas. pada setiap perayaan-perayaan di desa, pria dan wanita duduk secara terpisah.
Para orang tua melarang keras jika putrinya berjalan dengan seorang pria. Mereka berpendapat bahwa anak muda tidak dapat menahan emosinya, Sehingga mereka takut terjadi sesuatu kepada putrinya.

Kesimpulan: Pada dasarnya di Indonesia merupakan bangsa yang paling banyak suku-nya diantara bangsa-bangsa yang lain dan diantara suku-suku itu yang paling banyak jumlah penduduknya yaitu suku bangsa Jawa sendiri yang menempati seluruh daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan juga Jawa Barat. Adapun sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakat Jawa lebih didasarkan pada prinsip keturunan bilateral atau parental, sedangkan sistem klasifikasi dilakukan menurut angkatan-angkataya. Dalam system religi / kepercayaan suku Jawa mayoritas Agama Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat suku Bangsa jawa. Walaupun ada sebagian lagi yang menganut bukan Islam yaitu Nasrani, Hindu, Budha dan aliran kejawen. Disini yang dimasud Islam yang dianut-Nya Islam Santri dan Islam Kejawen.


Sumber : http://danu-umbara18.blogspot.co.id/2013/04/kebudayaan-suku-jawa-di-indonesia.html